Tidak Sembarang Orang Bisa Melakukan Tradisi Jamas Pusaka

menjamas pusaka keris

Tidak sembarang orang bisa memandikan atau dalam istilah Jawa menjamasi pusaka. Pada tradisi prosesi jamas ini, banyak ragam pusaka yang dimandikan seperti keris, tombak, trisula, kujang, pedang, dll. Meskipun siapapun boleh, namun butuh kualifikasi tertentu bagi mereka untuk bisa menjamasi pusaka.

Tradisi Menjamas Pusaka

Ritual memandikan atau menjamasi pusaka ini sudah berlangsung turun temurun dan umumnya diawali pada malam satu Suro.  Sebelum menjamas, diwajibkan dzikir dan wiridan terlebih dahulu.

Kirim doa ke Allah SWT, Kanjeng Rasululoh, dan Mpu yang membuat keris-keris yang mau kita jamasi. Ritual itu berlangsung tak lama dan proses penjamasan bisa dimulai setelah melaksnakan dzikir dan wiridan.

Untuk waktu dimulainya tradisi penjamasan, tergantung berapa banyak pusaka yang akan dijamas. Kalau banyak, mulai malam dan dinihari. Bisa kita lanjutkan hari ini. Besok pun boleh, pokoknya selama bulan Suro.

Untuk mencuci pusaka, digunakan campuran bahan bubuk warangan dan air jeruk. Warangan adalah sejenis batuan yang konon mampu menghilangkan karat pada logam sekaligus menjaga agar logam tidak berkarat, sedangkan air jeruk digunakan untuk menambah aroma wangi pada pusaka yang dijamas.

Memandikan pusaka, butuh ketelatenan tinggi. Karena jika tidak, warangan yang sudah dibasuhkan ke pusaka bisa jadi tidak mampu mengangkat kotoran ataupun karat.

Seperti pengalaman seorang penjamas pusaka di Surabaya, yang menarik. Saat menerima order memandikan pusaka cukup banyak, ia mengaku agak tidak sabar dan ingin cepat-cepat saja selesai.

“Padahal saya cuci dengan cukup keras, tapi kotoran di keris itu tidak mau hilang juga. Akhirnya saya sadar, mungkin saya harus sabar. Saya lanjutkan besoknya dan mulai menggosok lagi dengan lembut dan telaten, ternyata bisa bersih,” ujarnya.

Tradisi unik lain di Nusantara: Tradisi Masyarakat Brebes yang Perlu Dilestarikan

Jika sudah dibersihkan dengan benar, maka pamor atau ukiran pada logam keris atau tombak akan terlihat. Pamor inilah yang juga menentukan kualitas sebuah pusaka. Kalau pamornya bagus dan langka, harganya sudah pasti akan mahal.

Mengapa pusaka-pusaka itu harus dimandikan pada Satu Suro? Sebenarnya jika bukan bulan Suro tidak menjadi masalah. Namun, kepercayaan Jawa bahwa bulan Suro adalah bulan baik maka membuat banyak pemilik pusaka memandikan pusakanya pada awal bulan Suro.

Selain itu, rata-rata pemilik pusaka telah diberi wasiat oleh pemilik sebelumnya bahwa pusaka tersebut harus dimandikan setiap 1 Suro.

Anda telah membaca artikel tentang "Tidak Sembarang Orang Bisa Melakukan Tradisi Jamas Pusaka" yang telah dipublikasikan oleh Lentera Budaya. Semoga bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan. Terima kasih.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.