Pengertian Enkulturasi Budaya dan Ciri-cirinya

enkulturasi budaya

Pengertian Enkulturasi Budaya adalah proses di mana seorang individu menggabungkan, mengetahui, mempelajari, dan mempraktekkan norma, kepercayaan, tradisi, dan kebiasaan budaya di mana dia menjadi bagiannya. Istilah enkulturasi berasal dari bahasa Inggris enculturation yang merupakan istilah antropologi dan pertama kali digunakan pada tahun 1948 oleh antropolog Melville Herskovits. Dalam bahasa Indonesia enculturation dapat diterjemahkan dengan pembudayaan.

Enkulturasi Budaya

Enkulturasi budaya bertujuan untuk mengajarkan apa yang dianggap pantas dan apa yang tidak, dalam kerangka sosial, sehingga individu dapat berintegrasi dengan baik ke dalam kelompok tempat mereka berasal. Ini adalah norma-norma budaya yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya, dengan tujuan menjaga keseimbangan sosial.

Pembelajaran ini dimulai pada masa kanak-kanak dan meluas ke kehidupan dewasa, dan dapat disadari atau tidak disadari. Hal ini dapat ditularkan melalui pengulangan informasi adat, lisan, tertulis atau audiovisual dan warisan budaya (permainan dan lagu tradisional, tradisi lisan, tarian, manifestasi seni, dll.). Keyakinan atau ritual keagamaan juga merupakan alat enkulturasi. Baca Enkulturasi Pendidikan Budi Pekerti.

Apa yang diharapkan adalah bahwa individu mengasimilasi aturan dan mempraktikkannya. Dan yang pernah dipelajari, merekalah yang menularkannya kepada anggota lain dari kelompok sosial tempat mereka beroperasi.

Namun, meskipun maksud dari proses enkulturasi adalah untuk menetapkan aturan yang bertahan dari waktu ke waktu, kenyataannya setiap generasi memperkenalkan kontribusi sesuai dengan konteks sejarah, politik, ekonomi, sosial dan budaya di mana mereka tinggal.


Artikel referensi terkait lainnya:


Ciri-ciri Enkulturasi Budaya

Dalam enkulturasi, proses pembelajaran berlangsung dalam budaya yang sama. Ketika pertukaran antara budaya yang berbeda terjadi, itu disebut transkulturasi atau akulturasi, tergantung pada kasusnya.

Enkulturasi terjadi pada masa kanak-kanak, dengan induksi norma dalam lingkungan keluarga dan pendidikan. Namun, dalam kehidupan dewasa, individu mengalami proses enkulturasi lain, seperti ketika mereka berintegrasi ke tempat kerja dan harus mengasimilasi norma, nilai, dan kebiasaan organisasi.

Proses enkulturasi cenderung menghasilkan penghargaan untuk menghargai adaptasi terhadap lingkungan dan mengutuk perilaku yang mendistorsi koeksistensi, tergantung pada kerangka budaya yang dicari untuk direproduksi. Misalnya, dalam budaya Tionghoa, secara sosial dihargai bagi individu untuk menghormati dan menghormati orang yang lebih tua. Oleh karena itu, di Shanghai, anak-anak yang tidak mengunjungi orang tua mereka yang sudah lanjut usia dapat didenda secara finansial.

Enkulturasi sebagian besar merupakan proses yang tidak disadari. Individu mengadopsi sikap dan bentuk ekspresi tanpa bermaksud mempelajarinya, ia hanya mengasimilasinya sebagai bagian dari elemen budaya konglomerat tempat dia berasal. Inti keluarga dan lingkungan sosial yang dekat memiliki pengaruh besar pada proses ini.

Enkulturasi juga membutuhkan pembelajaran sadar. Individu harus menggunakan sumber daya kognitif untuk memahami, menguraikan, merenungkan dan berdebat tentang aturan yang harus diikuti. Di sini, lembaga formal, seperti sekolah, sangat diperlukan dalam proses ini.

Individu memperoleh pembelajaran tentang aspek material dan immaterial dari budaya mereka (objek, simbol, kepercayaan, adat istiadat).

Anda telah membaca artikel tentang "Pengertian Enkulturasi Budaya dan Ciri-cirinya" yang telah dipublikasikan oleh Lentera Budaya. Semoga bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan. Terima kasih.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *