Tradisi Manten Sapi Masyarakat Pasuruan Menjelang Idul Adha

tradisi manten sapi

Dengan Tradisi Manten Sapi, masyarakat Pasuruan, Jawa Timur mengajak untuk dapat saling berbagi dengan sesama.

Tradisi Manten Sapi Masyarakat Pasuruan

Manten Sapi merupakan salah satu cara warga Pasuruan Jawa Timur untuk memuliakan sesama makhluk Tuhan sebelum kemudian sapi tersebut di sembelih atau dijadikan kurban.

Manten Sapi adalah tradisi menjelang perayaan Idul Adha yang dilaksanakan dengan merias sapi-sapi yang akan dikurbankan oleh pemiliknya. Sebelum dirias sapi-sapi tersebut dimandikan terlebih dahulu dengan kembang tujuh rupa, dan kemudian setelahnya dirias dengan kalung bunga melati, kain putih serta lainnya.

Prosesi pemandian dengan kembang tujuh rupa dimaksudkan agar hewan-hewan kurban tersebut terlihat bersih dan sehat saat dikurbankan. Begitu pula dengan kain putih dan kalung bunga melati yang mempunyai makna bahwa hewan yang dikurbankan akan masuk surga, sehingga perlu dirias terlebih dahulu.

Setelah dirias, sapi-sapi tersebut di arak keliling desa sampai terakhir berujung di masjid untuk diserahkan kepada panitia penyembelihan hewan qurban. Saat diarak, pemilik sapi berharap dapat menyebarkan kebaikan dan mengajak warga yang lain untuk sama-sama berbuat kebaikan, salah satunya berbagi dengan sesama. Biasanya tradisi seperti ini dilakukan pada sore hari sebelum malam takbiran.

Selain hewan kurban, orang yang ingin berkurban pada saat Idul Adha di Pasuruan biasanya juga sekaligus menyandingkan bahan pokok lain seperti beras, buah-buahan, bumbu dapur hingga kayu bakar. Ini dimaksudkan akar penerima daging kurban dapat sekaligus memasak dan menyajikannya.

Makna dari Tradisi Manten Sapi

1. Makna sapi dirias seperti pengantin

Sebelum sapi diarak berkeliling desa, sapi akan dirias seperti pengantin yang sebelumnya terlebih dahulu dimandikan dengan air bunga. Sapi juga dikalungkan bunga tujuh rupa (yang terdiri dari bunga melati, cempaka putih, mawar merah, mawar putih, sedap malam, kenanga, dan melati gambir), dililit serban dan bagian punggung akan dibalut dengan kain kafan dan sajadah.

Sapi-sapi tersebut kemudian diarak berkeliling desa dan selanjutnya dibawa ke masjid untuk didoakan dan disembelih di Hari Raya Idul Adha. Maknanya adalah untuk menyebarkan kebaikan dan mengajak warga yang lain juga untuk sama-sama berbuat kebaikan.

2. Makna benda yang dipasangkan di tubuh sapi

Setiap benda yang dikenakan pada pengantin sapi mempunyai arti tersendiri, bukan asal memasang benda pada tubuh sapi. Makna benda-benda tersebut, antara lain:

  • Sajadah dan serban memiliki makna religius.
  • Kain kafan digunakan untuk menandakan kesucian orang yang melakukan kurban.
  • Bunga tujuh rupa merupakan bunga yang sering digunakan di upacara ritual adat maupun keagamaan memiliki makna untuk membersihkan diri dan pikiran dari hal-hal yang bersifat negatif.

3. Makna dari memandikan dengan bunga dan kalung bunga

Makna dari memandikan sapi dengan air bunga, menyelimuti dengan serban, serta mengalungi bunga adalah agar sapi tersebut sehat, suci, dan harum.

Hal ini dikarenakan orang yang menyumbang sapi untuk dikurbankan nantinya saat di alam baka akan menaiki binatang tersebut. Itulah sebabnya binatang sapi dibersihkan dan didoakan agar tampak layak.

Baca juga artikel menarik yang berhubungan dengan tradisi dan budaya masyarakat: Tradisi Masyarakat Brebes yang Perlu Dilestarikan

4. Makna sembako, peralatan dapur dan bumbu dapur

Iring-iringan sapi ini diikuti oleh warga yang membawa peralatan dapur, bumbu dapur, dan sembako. Peralatan dan bumbu dapur ini nanti akan digunakan untuk memasak daging sapi setelah disembelih untuk kemudian dinikmati bersama.

Bumbu dapur tidak hanya dipakai untuk memasak, tetapi juga dibagikan beserta dengan barang pokok lainnya, seperti beras dan minyak goreng, kepada warga yang membutuhkan. Prosesi ini menandakan kerja sama antar sesama warga desa di kala senang maupun sedih.

5. Makna pengingat untuk selalu beramal

Tradisi Manten Sapi di Pasuruan memiliki tujuan dan harapan. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada binatang yang nantinya dikurbankan. Kemudian, tradisi ini juga mengajak orang yang mampu agar tidak lupa untuk bersedekah dan membantu mereka yang membutuhkan.

Tradisi Manten Sapi seperti yang dilakukan oleh warga Pasuruan ini hanyalah salah satu dari keragaman budaya bangsa Indonesia, masih banyak tradisi lain yang tersebar dan dilakukan di berbagai penjuru nusantara.

Semoga seluruh tradisi yang sudah sejak lama ada dapat tetap dilestarikan dan tidak tergerus oleh zaman.

Anda telah membaca artikel tentang "Tradisi Manten Sapi Masyarakat Pasuruan Menjelang Idul Adha" yang telah dipublikasikan oleh Lentera Budaya. Semoga bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan. Terima kasih.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *