Upacara Bebantan Laman adalah salah satu ritual adat yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Dayak Tomun di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Tunggal (Tuhan yang Maha Esa menurut agama Hindu Kaharingan), dewa, dan leluhur yang melindungi kampung, upacara ini menyimpan makna mendalam dalam aspek religius, budaya, serta sosial masyarakat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap dinamika pelaksanaan upacara ini, dapat disimpulkan beberapa hal terkait asal-usul, perkembangan, dan relevansinya dalam kehidupan masyarakat setempat.
Asal-Usul dan Makna Bebantan Laman
Kata Bebantan berasal dari kata Bantan, yang berarti sesajian atau persembahan, yang ditambahkan awalan Be- menjadi Bebantan, yang memiliki arti memberikan makanan atau sesajian kepada Sang Hyang Tunggal (Tuhan) serta dewa-dewa dan leluhur yang dipercaya sebagai pelindung kampung. Sedangkan kata Laman berarti kampung atau desa, sehingga Bebantan Laman dapat diartikan sebagai upacara persembahan kepada Tuhan Pencipta, dewa, dan leluhur yang melindungi kehidupan di kampung tersebut.
Sejarah dan Perkembangan Upacara Bebantan Laman
Pada awalnya, upacara Bebantan Laman dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau sebagai bentuk ungkapan syukur setelah masa panen padi. Upacara ini biasanya dilakukan setiap tahun, meskipun pelaksanaannya tidak serentak di seluruh desa. Hal ini bergantung pada adanya pusaka desa yang menjadi penanda waktu pelaksanaan upacara. Namun, seiring berjalannya waktu, pelaksanaan Bebantan Laman mulai berkurang.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain adalah semakin langkanya generasi tua yang memahami dan menguasai tata cara pelaksanaan upacara, serta sulitnya menemukan pemimpin upacara atau Betaro yang menjadi tokoh kunci dalam upacara tersebut. Selain itu, dengan semakin banyaknya masyarakat yang memeluk agama lain, serta masuknya penduduk pendatang, membuat pelaksanaan upacara ini semakin jarang dilakukan.
Namun demikian, sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah Kabupaten Lamandau menjadikan Bebantan Laman sebagai salah satu agenda pariwisata budaya tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 7 Juli. Upacara ini kini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga sarana hiburan, kebersamaan, dan integrasi sosial bagi masyarakat Dayak Tomun, serta menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Fungsi Sosial dan Budaya dari Bebantan Laman
Meskipun upacara Bebantan Laman sempat mengalami penurunan frekuensi pelaksanaan, kini upacara tersebut kembali berkembang dengan penambahan berbagai kegiatan budaya yang menarik. Selain sebagai bentuk religiusitas, upacara ini kini menjadi ajang hiburan, komunikasi antarwarga, serta pelestarian kebudayaan Dayak Tomun. Dalam perkembangannya, upacara Bebantan Laman kini dilengkapi dengan pertunjukan seni tradisional, seperti tarian adat, musik tradisional, dan permainan rakyat, yang semakin memperkaya makna upacara tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi platform bagi masyarakat untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan mereka kepada generasi muda serta wisatawan.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada penambahan elemen-elemen baru dalam pelaksanaan upacara, nilai-nilai sakral yang terkandung dalam upacara tersebut tetap dijaga dan dihormati. Hal ini mencerminkan upaya untuk menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas, sehingga budaya Dayak Tomun tetap eksis tanpa mengorbankan prinsip-prinsip spiritual yang menjadi dasar dari upacara ini.
Jangan sampai ketinggalan informasi Tradisi Nusantara di Lentera Budaya:
- Ritual Mangelek Ompu Raja Tao Toba
- Mangongkal Holi: Budaya Suku Batak Toba untuk Menghormati Leluhur
- Sekilas Mengenal Adat dan Budaya Suku Sunda
Upacara Bebantan Laman sebagai Daya Tarik Pariwisata
Keberadaan Bebantan Laman kini semakin strategis dalam konteks pengembangan pariwisata Kabupaten Lamandau. Pemerintah daerah menjadikan upacara ini sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang dapat menarik perhatian wisatawan domestik maupun internasional. Dengan menetapkan tanggal pelaksanaan setiap 7 Juli, upacara ini tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai ajang promosi kebudayaan dan pariwisata. Kegiatan ini membantu meningkatkan perekonomian lokal, di mana masyarakat setempat dapat memanfaatkan kesempatan untuk menjual produk-produk lokal, baik dalam bentuk kerajinan tangan, makanan khas, maupun jasa pariwisata.
Upacara ini, selain berfungsi sebagai upacara adat dan kegiatan keagamaan, juga membawa dampak positif dalam memperkenalkan budaya Dayak Tomun secara lebih luas. Hal ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk lebih menghargai warisan budaya mereka sekaligus mempromosikan identitas budaya tersebut kepada dunia luar.
Harapan untuk Pelestarian dan Pengembangan
Dengan semakin berkembangnya Bebantan Laman sebagai kegiatan budaya dan pariwisata, harapannya adalah agar nilai-nilai sakral dan tradisional yang terkandung dalam upacara ini tetap terjaga. Inovasi-inovasi dalam kegiatan kebudayaan yang disisipkan dalam upacara ini perlu dilakukan dengan hati-hati, mengingat pentingnya untuk tidak merusak tatanan budaya yang sudah ada. Pemerintah Kabupaten Lamandau juga diharapkan dapat terus mendukung pelaksanaan upacara ini sebagai bagian dari strategi pengembangan pariwisata daerah, dengan tetap memperhatikan kesakralan dan keaslian tradisi yang ada.
Kesimpulan
Upacara Bebantan Laman pada masyarakat Dayak Tomun di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, merupakan tradisi yang kaya akan nilai religius, budaya, dan sosial. Meskipun mengalami tantangan dalam pelaksanaannya, upacara ini kini berkembang menjadi salah satu even budaya yang penting dalam kalender pariwisata Kabupaten Lamandau. Dengan penambahan unsur hiburan dan pelestarian kebudayaan, Bebantan Laman menjadi simbol integritas sosial dan eksistensi masyarakat Dayak Tomun, serta memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal. Upacara ini tetap menjadi warisan budaya yang perlu dijaga, dihargai, dan terus dilestarikan agar tetap relevan dalam kehidupan masyarakat modern.
Referensi:
- Kontjaraningrat, 1987. Sejarah Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
- Mariati, dkk., 2017. Upacara Bebantan Laman pada Masyarakat Dayak Tomun di Kecamatan Delang Kabupaten Lamandau. Laporan Penelitian, STAHN Tampung Penyang Palangkaraya.
- Miles, M., dan Hubberman, M., 1994. An Expanded Source Book Qualitative Data Analysis. Sage Publications.